Perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan langsung tersita
pada Raeni, Selasa (10/6). Pasalnya, wisudawan dari Jurusan Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini
berangkat ke lokasi wisuda dengan kendaraan yang tidak biasa. Penerima
beasiswa Bidikmisi ini diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan
becak.
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan
keunggulan dan prestasinya. Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa
kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna. Prestasi itu dipertahankan
hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan
Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96.
ektor Prof. Dr. Fathur Rokhman MHum mengatakan, apa yang dilakukan Raeni
membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu
untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
Ia bahkan yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum
dhuafa. “Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum
terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual,
pengusaha, bahkan pemimpin republik ini,” katanya.
Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima Bidikmisi lebih dari
50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi
setiap tahun.
Kamis, 12 Juni 2014
Menentukan Kerangka Tulisan Dari Sebuah Artikel
Raeni Diantar Ayahnya Dengan Becak Saat Menghadiri Wisuda
Perhatian para keluarga wisudawan dan puluhan wartawan langsung tersita pada Raeni, Selasa (10/6). Pasalnya, wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini berangkat ke lokasi wisuda dengan kendaraan yang tidak biasa. Penerima beasiswa Bidikmisi ini diantar oleh ayahnya, Mugiyono, menggunakan becak.Mengapa becak? Ayahanda Raeni memang bekerja sebagai tukang becak yang saban hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal.
![](http://images.modifikasi.com/2014/06/11/176172_1402499962.jpg)
Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilnnya tak menentu. Sekitar Rp10 ribu – Rp 50 ribu. Karena itu, ia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp450 ribu per bulan.
Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Sempurna. Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96. Dia juga menunjukkan tekad baja agar bisa menikmati masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya.
“Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengen-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.
Tentu saja cita-cita itu didukung ayahandanya. Ia mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai cita-citanya.
![](http://images.modifikasi.com/2014/06/11/176172_1402500497.jpg)
“Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon,” kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu.
Rektor Prof. Dr. Fathur Rokhman MHum mengatakan, apa yang dilakukan Raeni membuktikan tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.
“Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni,” katanya.
Ia bahkan yakin, dalam waktu tak lama lagi akan terjadi kebangkitan kaum dhuafa. “Anak-anak dari keluarga miskin akan segera tampil menjadi kaum terpelajar baru. Mereka akan tampil sebagai eksekutif, intelektual, pengusaha, bahkan pemimpin republik ini,” katanya.
Harapan itu terasa realistis karena jumlah penerima Bidikmisi lebih dari 50.000 per tahun. Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.
Sumber: Unnes
Kerangka Tulisan:
1.1 Raeni, Penerima beasiswa diantar oleh ayahnya (Mugiono) menggunakan becak
1.2 Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis.
1.3 Penerima beasiswa Bidikmisi (Raeni) ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4.
1.4 Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya.
1.5 Unnes sendiri menyalurkan setidaknya 1.850 Bidikmisi setiap tahun.
Langganan:
Postingan (Atom)